Posted in

Tutur yang Terbelah

Jessica Yuliana Purnama S. Tambunan

Sastra Indonesia C 2022
https://www.instagram.com/jessicatbn_06

Angin berhembus dengan pelan menyentuh kulit disaat matahari yang sangat terik, seorang gadis duduk di bawah pohon dengan buku bacaan yang selalu dia bawa saat kesawah, “Tiur” itulah nama gadis yang senantiasa membantu ibu di sawah dan saat istirahat ia akan membaca buku di sela-sela waktu. Namun itu menjadi bincangan orang orang yang berada di sawah.

“rajin kali si Tiur itu eda, tiap hari ku lihat dia baca buku” ucap ibu Fika

“iyaa dak, rencana dia mau ngambil kuliah dengan beasiswa padahal udah ku bilang, kalau tidak dapat beasiswa pun tidak apa-apa ” jawab mamak tiur

“ bah bah bah, ngapain kuliah dia jauh-jauh kan nanti kalau sudah menikah akan di dapur nya dia” balas bu Fika dengan mengkipas tubuhnya dengan sarung.

“ mau dia di dapur pun eda tapi dia memiliki pendidikan, tidak mungkin dia bergantung dengan suaminya saja di masa depan” ucap mamak tiur dengan nada lembut

“ehe eda, laki laki nya harus banyak penghasilannya eda, kalau kita perempuan ini kan ga perlu banyak banyak”

“ eda, sudah beda-nya jaman kita sama sekarang, kalau sekarang itu perempuan sama laki laki itu samanya”

“ehe eda, itu lah kau salah eda,kalau kita orang batak ini harus hormat sama laki laki dan ga boleh kita perempuan lebih tinggi dari laki laki, sudah lain ku lihat kalian eda”

“ini lah kita orang batak ini eda terlalu patriarki, kalau pikiran kita selalu begitu, kapan lah kita bisa maju?”

“sudah lah eda ku lanjut lah dulu ya manggula(mencangkul), nanti jadi lama kita pulang” lanjut mamak Tiur

“Tiur ayok nang kita lanjut biar ga lama kita pulang” ucap mamak tiur mengajak untuk melanjut manggula(mencangkul)

***

Suara sendok dan piring beradu terdengar di dapur rumah Tiur, keluarga mereka sedang makan malam bersama

“ nang kekmana les mu nang lancar?” tanya bapak Tiur sambil menyuapkan nasi ke mulut nya

“ lancar pak” jawab tiur

“ ada kerjaan MC mu lagi?”

“ 1 bulan lagi sih pak, acara ulang tahun”

“ dimana biar bapak antar nanti”

“ gak usah pak dekat nya di hotel dekat lapangan besar itu pak ,naik angkot saja nanti aku”

“yah sudah, kalau pulang nanti bapak jemput ”

“ okkkee pak”

Tiur sudah selesai sekolah tahun lalu namun dia tidak langsung melanjutkan kuliahnya karena di awal dia belum lulus untuk masuk kampus impiannya , namun itu tidak mematahkan semangat nya iya sangat bersyukur karna dia dapat menambah waktu untuk belajar. Tiur di kenal dengan anak yang berbakat, selama dia belum melanjutkan pendidikannya ia menggunakan waktunya untuk mencari uang, ia membuka les untuk anak sekolah dasar, mengambil job untuk MC dan juga membantu ibunya di sawah.

Setelah makan mereka semua kumpul di ruang tamu. Tiur memegang buku untuk meanjutkan belajarnya, bapak melanjutkan kejaannya di laptop, mamak dan Samuel memainkan ponsel, sedangkan Artha membaca novel, Artha memiliki kesamaan dengan Tiur yaitu membaca.

“ Samuel,Artha besok kalian bagi rapot ya mang,nang?” tanya bapak

“ iya pak” jawab Samuel dan Artha

Samuel merupakan anak kedua dari bapak dan mamak, Artha anak terakhir atau Siappudan. Samuel sedang duduk di bangku 1 SMA sedangkan Artha di bangku 3 SMP.

“besok apapun hasilnya tetap bersyukur ya,jangan sampai putus asa” ucap bapak memberi semangat.

“ iya pakk” balas mereka

“oh iya mak, besok datang ito mika ke rumah, tadi di telpon aku, masaka ja besok kita ya nya ga usah ke ladang, besok pun ga masuk kerja nya aku” jelas bapak

“oh iya pa” jawab mamak tiur

Tiur, samuel dan Artha yang mendengar itu sedikit malas, karna bou itu sangat suka meremehkan mamak nya. Mamak tiur bukan dari keluarga yang mampu,ia hanya sampai tamat SMP. Berbeda dengan bapak yang lulusan S1, namun itu bukan menjadi penghalang mereka, bapak sangat menyayangi mamak ia akan membela mamak jika bou nya merendahkannya.

“ ikut pariban dan amang boru itu pak?” ucap tiur bertanya ke bapak

iya semua mereka datang karna besok kan pembagian rapor liburan di sini mereka” balas bapak

***

Keesokan hari nya,saat tiur sedang membantu mamak memasak di dapur,ia dikejutkan dengan nada dering handphone nya yang berbunyi,ia mengambil dan melihat siapa yang menelponnya Ternyata itu lia.

“halo lia, ada apa?”

Tiur menjawab telpon dari rekan kerjanya dan berbicara beberapa menit. Dan selanjutnya tiur datang kembali ke dapur

“mak, pak , kawan ku tadi nelpon minta tolong gantikan dia untuk ngeMc jadi kayanya ga bisa ku bantu kalian memasak ini, ga apa apa?” jelas tiur

“ya sudah nang, siap siap lah kau biar bapak antar”

“eh ga usah pak, naik angkot saja lah aku lagian ga jauhnya”

“ya sudah boru”

Tiur berisiap siap di dalam kamar untuk pergi bekerja dan saat dia ingin pergi keluarga bou nya sudah datang kerumah mereka.

“Syalom itoo…” ucap bou nya sambil menenteng tas. Bou( saudara perempuan ayah) itu di panggil bou dosma, kakak dari bapak tiur

eh, nga sahat be hamu ito( sudah sampai kalian ito)” balas bapak tiur.

Mereka bersalaman dan juga berpeluk kangen

“ayok masuk kalian ito, lae, bere” lanjut bapak tiur sambil membantu mengangkat barang mereka

“ tiur, nang sudah sampai orang bou salam dulu nang” panggil mamak tiur

“bah lalap (selalu) di kamar si tiur itu ya, padahal sudah anak gadis” cibir bou dosma

“ ehe yang mau berangkat kerja nya dia ito makanya di kamar, tadi di bantunya untuk masak”

Tiur yang sudah mendengar cibiran dari bou nya memutar mata malas lalu memperbaiki ekspresinya untuk keluar dari kamar, dia berjalan menemui semua di ruang tamu

“eh sudah datang orang bou” ucap tiur lalu menyalim tangan bou dan amang borunya dan lanjut berjabat tangan dengan kedua paribannya.

“bah bah bah, masih kau lanjutkan perkerjaan mu itu, padahal sudah di suruh mamak bapak mu nya kau kuliah kenapa ga langsung kuliah, padahal lulus nya kau kemarin di medan itu. Mau jadi apa kalau ga kau lanjut kuliah mu” Ujar bou dosma

iya bou masih ku lanjut kerja ku, aku juga ngambil kerja ini untuk mengisi waktu luang bou, untuk yang lulus di medan itu aku ga mau bou,karna bukan itu kampus dan jurusan tujuanku, dan satu lagi bou kuliah atau engga bukan berarti menjamin ke suksesan.” Jawab Tiur dengan menggebuh gebuh

“sudah nang, ga boleh begitu sama bou” ujar mamak tiur
Bou yang mendengar ucapan tiur memanas “ bah bah bah, ini lah kan ga ada lagi sopan santun mu ya tiur, gini lah eda kalau kau manjain terus jadi ga ada sopannya” jawab bou Tiur yang ingin menjawab di sela mamaknya

“ sudah nang, berangkat kerja lah kau nanti terlambat”

Akhirnya tiur masuk ke kamar dan mengambil barang barang nya untuk bekerja, dia menyalim tangan mamak dan bapak nya untuk berpamitan ke mereka semua kecuali bounya.

Bou dosma yang melihat sikap Tiur merasa jengkel “ ehe dakdanak on, dang adong subang na tu na tua tua” ( eh anak anak ini tidak ada sopannya kepada yang lebih tua)

Tiur melakukan pekerjaannya dengan mood yang tidak baik karna bounya, namun dia harus perfesional dalam bekerja.

Waktu demi waktu berlalu,Kini tiur beranjak pergi setelah pekerjaan nya selesai.Namun,ia memutuskan untuk tak langsung balik kerumah mengingat kejadian yang tadi pagi mood nya sudah tak enak seharian Tiur pun berjalan kearah sebuah taman didekat tempat ia bekerja disitulah ia mencoba untuk menenangkan pikiran nya yang berkecambuk dan emosi yang kalut untuk sesaat, kaki nya membawa dirinya ke bangku taman meletakkan dirinya di bangku tersebut lalu menghembuskan nafas panjang

“padahal bukan aku tidak berusaha untuk menggapai cita cita ku, pekerjaan ku sekarang hanya untuk mengisi waktu luang dengan mengasah hobi ku, mengapa orang lihat aku menyia nyiakan masa muda ku” ujar tiur dengan di lanjut hembusan nafas panjang di susul dengan air mata yang keluar .

***

Hembusan angin malam hari terasa di kulit, bapak tiur bersama amang boru ( suami saudara perempuan ayah) dosma sedang duduk di teras rumah dengan berbincang bincang,di sela percakapan mereka bou dosma datang lalu duduk di bangku lainnya.

“ Nunga songon dia kabar ni si dosma lae”( panggilan kepada ipar laki laki atau suami saudara perempuan) ( sudah bagaimana kabar nya si dosma bang) tanya bapak Tiur ke pada amang boru

“ Songon i ma lae, naeng mangoli hata na imana” ( seperti itu lah, kata nya dia ingin menikah) balas amang boru Dosma sambil menghisap rokok yang ada di tangannya

“bah, dengan do I lae, molo nga ro be rokkapnya bahen ma” ( bah, bagus lah itu lae, jika sudah datang jodoh nya buat lah )ujar bapak

“ Ido lae, na ku pikkirhon na daong Batak do calon na” ( itu nya lae, yang saya pikirkan yang bukan Batak nya calonnya) jawab amang boru

“ lae, dang pala boha, sukkun ma tu ibana olo do molo manuhor marga, asa boi ta bahen”(lae, tidak apa apa itu, tanya kan saja sama dia mau nya dia membeli marga biar kita buat)

Di sela percakapan mereka bou datang lalu duduk di sebelah bapak “ na membahas aha do hamuna?”( yang sedang membahas apa nya kalian?) Tanya bou

“ membahas si dosma do” balas amang boru

(Bou mengangguk lalu kembali berbicara)

Ito,saran ku, kau harus tegas dengan istri dan anak anak mu, jangan sampai kau di remehkan oleh mereka “ ucap bou dosma yang berada di samping bapak

“di remehkan seperti apa nya ito?, tidak pernah aku merasa di remehkan oleh mereka “ balas bapak

“aku melihat loh ito sikap si tiur itu, manja sekali sepertinya di buat eda itu ya, sampai lupa dia sopan santun” lanjut bou

“ ito, wajar nya kesal dia sama ito, karna tidak enak sekali omongan ito tadi kepadanya” balas bapak dengan kesal

“ma sudah lah jangan terus kau kritik si tiur itu sudah dewasa dia” kata amang boru menenangkan suasana

“ Karena sudah besar dia harus di didik, kau lihatlah ito si dosma, sudah PNS dia sekarang sudah mau kerja” ujar bou

Setelah cukup tenang ,tiur mantapkan langkah untuk pulang. Sudah lelah rasanya untuk menghadapi bou nya yang pasti ada saja omongan yang tak ingin ia terima. Dan benar saja,setiba nya tiur dirumah,ia sudah melihat dan mendengar pertengkaran-pertengkaran antara bapak nya dan bou nya. Dia membuang nafas panjang lalu masuk

“Syalom” salam nya

“ Syalom” balas mereka

“ sudah pulang maen” ( panggilan kepada anak perempuan dari saudara laki laki) tanya amang boru

“ iya amang boru sudah” balas nya sambil menyalim tangan mereka

“ anak gadis kok pulang malam malam kau tiur” cibir bou

Tiur yang mendengar itu menghela nafas dan menjawab dengan malas “ tadi acaranya sampai malam” lalu tiur hendak beranjak pergi masuk kedalam namun terurung karna ucapan bou nya

“ itu lah tiur, kau di suruh sekolah ke medan sana malah tidak mau, sekarang jadi pulang pulang malam, padahal ya kakak mu si dosma mana mai pulang pulang malam makanya sekarang dia udah sukses menjadi PNS” ucap bou dengan angkuh Tiur yang mendengar itu merasa terpancing emosi, dan dia hendak menjawab namun sudah di jawab oleh bapak nya

“ Ito, sekarang apa nya maksudnya ito, selama ini aku diam karna menghargai ito, tapi kenapa ga ada ito hargai keluarga ku anak ku juga ito kata katai, hansit rohakku ito mambege i ( sakit hati ku mendengar itu kak). Sudah di bilang si tiur juga kalau dia bukan tidak ingin kuliah tapi belum dapat yang di inginkan nya, aku ga mau ito memaksakan kehendak ku untuk anak anak ku karna kita tau kalau anakkon hi do hamoraon di au ( anak saya kekayaan saya, anak saya adalah kehormatan saya, dan anak saya adalah harta yang paling berharga) jadi dang olo au ito mampasega impian halakhi alani lomo lomo ku (jadi aku tidak mau merusak impian mereka hanya karna suka suka ku) “

Selesai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *