Posted in

Harta

Helga Sinaga

Sastra Indonesia B 2022
https://www.instagram.com/helgasinaga__

Hari ini Dear pergi ke Pasar untuk membeli bahan masakan bersama temannya Mina. Rencananya mereka ingin membuat bakso, tapi mereka tidak hanya beli bahan untuk bakso, karena Ibu Dear berpesan untuk membeli bumbu ikan arsik. “Hanya bumbunya saja” itulah pesan Ibu Dear. Karena Ikannya sudah ada di rumah, hasil tangkapan jala Bapak Dear dari Danau Toba.

“Nanti kita masak baksonya di Rumahmu saja ya Mina, lagian sudah lama juga aku tidak ke rumahmu,” celetuk Dear disela-sela kegiatan mereka memilih cabe.

“Tidak masalah,” jawab Mina singkat

Setelah memilih cabe mereka memilih bahan masakan yang lain, dari cara mereka memilih seolah mereka adalah koki profesional yang sudah berpengalaman dalam memilih bahan masakan berkualitas. Ini tandanya mereka sudah sering belanja.

Dear dan Mina adalah teman sejak kecil karena jarak rumah mereka hanya beberapa rumah saja, sekitar 300 langkah kaki orang dewasa. Mereka tumbuh di lingkungan keluarga bersuku Batak Toba. Dear dan Mina ketika masih SMP dan SMA mengikuti sanggar tari Tor-tor, tapi sekarang tidak lagi sejak mereka kelas 3 SMA. Dengan alasan mereka sebentar lagi akan pergi meninggalkan kampung. Jadi mereka berdua ingin fokus mempersiapkan diri untuk merantau.  Walaupun sebenarnya mereka sangat senang dengan aktivitas di sanggar setiap sore. Sebulan yang lalu mereka baru saja lulus dari SMA, itulah mengapa mereka sekarang bisa berbelanja pagi-pagi di hari senin.

“Kunyit sudah, kemiri sudah, bawang merah dan bawang putih tidak perlu, kan masih ada di rumah, asam gelugur sudah, andaliman sudah, apa lagi ya?” Dear berbicara sekalian memeriksa belanjaannya. Kalau ada yang kelupaan bisa-bisanya nanti Ibunya menyuruh Dear kembali ke Pasar untuk membeli dan mereka batal memasak Bakso.

“Kurasa belanjaanmu sudah semua Dear, lagipula kalau ada yang kurang nanti ambil di rumahku saja,” kata Mina.

“Iya, terima kasih. Lagian ini masakan arsik yang simpel saja, tidak untuk acara adat, hahaha,” jawab Dear sambil terkekeh.

Arsik merupakan masakan khas Batak Toba  yang terdiri dari campuran rempah-rempah yang khas dan kaya rasa, antara lain andaliman sebagai bumbu utama yang memberi sensasi pedas dan getir, kunyit untuk warna kuning alami, serta bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, dan lengkuas yang dihaluskan untuk menciptakan cita rasa yang dalam. Ditambahkan pula cabai merah keriting sesuai selera pedas, serai yang dimemarkan untuk aroma segar, dan asam cikala (buah kecombrang muda) yang memberi rasa asam khas dan juga asam gelugur. Tak ketinggalan garam, air jeruk nipis atau asam potong untuk menghilangkan amis, dan lokio atau daun bawang Batak sebagai pelengkap. Semua bumbu ini dimasak bersama ikan, menghasilkan sajian arsik yang kaya rasa dan aroma.

Membayangkannya saja membuat Dear ngiler. Kalau kata orang Batak  “Tabo nai” yang berarti enak sekali. 

Namun, masakan Ibu Dear akan lebih sederhana, hanya menggunakan bahan utama saja seperti andaliman, cabe, bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, jahe dan asam gelugur.

Setelah selesai mereka pulang, Dear mengantarkan pesanan ibunya alias bumbu dapur. Setelah itu dia tancap gas ke rumah Mina, sudah tidak sabar membuat bakso lumer, apalagi memakannya.

Selama memasak mereka lebih banyak mengeluarkan energi untuk mengobrol dan membahas apa saja, topik mereka ada-ada saja, seperti masa mereka masih SMA, impian dan rencana mereka kedepannya mau bagaimana, sampai ke rambut rontok. Mulai dari hal yang penting sampai tidak penting sama sekali, semua mereka bahas. Ketika mereka hendak mencetak baksonya tiba-tiba adik Mina memanggil. “Kak Mina, kata mamak nanti masak nasi 3 mug ya,” ujar adik Mina dengan logat Bataknya.

“Hmm,” jawab Mina singkat.

“Memangnya, namboru ke mana?” tanya Dear.

Dear memanggil namboru kepada ibu Mina, karena marga Dear sama dengan marga Ibu Mina. Begitulah menurut partuturan atau hubungan kekerabatan di Batak Toba.

“Biasa, ke pesta,” jawab Mina.

Setelah itu mereka lanjut lagi masak bakso, tinggal tahap terakhir yaitu merebus baksonya. Lanjut memasak lanjut juga cerita-ceritanya.

Mina menceritakan ke Dear kalau dia akan pergi kuliah ke Jawa, itulah mimpinya. Dear mendengar itu senang sambil terharu, karena dia menyadari bahwa mereka memang sudah harus mengejar mimpi masing-masing dengan serius. Dear hanya berdoa yang terbaik untuk Mina. Mina juga begitu, walaupun Dear belum tahu apa yang akan dia lakukan kedepannya. Beberapa lama setelah merebus kuah bakso beserta baksonya, akhirnya bakso itu siap disantap. 

“Wahhh!! lihat ini Dear, bakso lumernya masak sempurna seperti yang di mukbang-mukbang itu.” Mina kegirangan setelah mencoba bakso buatan mereka.

Setelah memakan bakso buatan rumahan, Dear pulang. Bukan karena sudah selesai makan   atau topik pembahasan mereka sudah habis melainkan karena sudah larut malam. Tidak terasa dia di rumah Mina hingga jam 9 malam. Dear pamit dan tidak lupa membawa pulang semangkuk besar bakso untuk keluarganya di rumah.

***

Pagi itu Dear pergi ke pesisir danau Toba bersama adiknya Dean. Dean adalah adik Dear yang paling kecil atau sering disebut siampudan, mereka empat bersaudara dan Dear anak pertama. Mereka mencuci piring di sana. 

”Mungkinkah aku kuliah seperti Mina?” tanya Dear sambil mencuci piring kepada dirinya sendiri. Sebenarnya dia juga berniat kuliah bukan karena ikut-ikutan, tapi bagi Dear pendidikan sangatlah penting bukan sekedar untuk bisa melamar kerja. Melihat adiknya Dean yang akan masuk sekolah dan kedua adiknya lagi akan masuk SMP dan SMA, maka pengeluaran bapak dan ibunya akan banyak tahun ini.

Sebagai anak pertama Dear tak ingin menambah pengeluaran orang tuanya dengan berkuliah saat ini. Walau ingin dia memilih menahan diri dan bersikap tahu diri. Padahal bapak dan ibunya tidak pernah sekalipun berkeluh kesah tentang hal keuangan kepada Dear.

Setelah selesai mencuci piring Dear termenung di tepi Pantai, kakinya dihantam ombak kecil. Entah apa yang membuat dia ragu untuk membicarakan mimpinya kepada kedua orang tuanya, mungkin karena sakit ibunya yang tak kunjung pulih itu. Dia berpikir jika dia kuliah, maka dia tidak bisa lagi membantu di rumah, jika dia kuliah dia merasa tidak enak hati, jika dia bekerja kemana dia akan pergi? Lagi pula keinginannya melanjutkan pendidikan sangatlah besar. Dalam diam dia melangkah pulang bersama Dean yang bernyanyi-nyanyi dengan riangnya.

“Enak sekali menjadi anak kecil, mereka tidak perlu berpura-pura dan belum memikirkan masalah serius, aku sangat iri.” itulah yang ada dipikiran Dear ketika melihat adiknya. Dear mulai merasakan arti menjadi dewasa, perlahan dia menuju ke arah sana, walaupun tidak ada orang yang benar-benar dewasa. Mereka hanya mencoba dan terus mencoba untuk hidup lebih baik dari hari sebelumnya, dan itulah yang Dear coba lakukan.

***

Ketika Dear sedang mengupas ubi kayu di teras, ibu bertanya, “Mamak dengar Mina mau kuliah di Jawa, ya?”

”Rencananya begitu, Mak,” jawab Dear, masih terus mengupas ubi kayu yang akan dimasak dan dipotong dadu dengan ukuran yang sangat kecil. Potongan ubi seperti dadu kecil-kecil yang menyerupai nasi itu akan diberikan untuk ayam-ayam mereka yang ada di belakang rumah.

”Jadi kalau rencanamu kemananya, Boru?” tanya ibu Dear lagi. Boru adalah panggilan untuk anak perempuan di suku Batak. ”Ga mau kau ke sana juga?” lanjut ibu Dear.

Dear tidak menyangka akan ditanya seperti itu, tadinya pertanyaannya masih tentang Mina, temannya. Sekarang tiba-tiba tentang dirinya. Tentu tidak sulit bagi Dear untuk menjawab tapi entah mengapa Dear malah diam saja.

”Kalau kau memang mau kuliah, daftar aja. Mamak sama Bapak setuju asal kau memang niat,” ucap ibu Dear mengakhiri percakapan.

Keesokan harinya Dear pergi ke rumah Mina untuk bertanya apakah dia sudah mendaftarkan dirinya untuk ujian masuk perguruan tinggi tersebut. Mina senang sekali karena ternyata Dear juga akan mendaftarkan dirinya. Mereka bersama-sama melakukan pendaftaran dan saling bertukar informasi. Mereka juga ujian dihari yang sama namun tempat yang berbeda.

Singkat cerita tibalah pengumuman itu, jam tiga sore Dear dengan kegugupan yang disembunyikan membuka portal pengumuman melalui gawainya. Sebelumnya dia berdoa. Apapun hasilnya, itu yang terbaik itulah inti dari doa Dear. Jantungnya berdebar kencang membuka pengumuman itu dia sangat takut bukan karena tidak lulus masuk universitas tapi takut mengecewakan kedua orang tuanya.

”SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS” itulah pertama kali yang dibaca Dear setelah membuka website pengumuman itu. Di bagian bawah ada link untuk pendaftaran ulang dan entah tulisan apa. Dia terlalu fokus dan membaca pengumuman selamat itu berulang-ulang. Setelah memastikan bahwa dirinya memang benar-benar diterima barulah Dear mencari-cari kedua orang tuanya tak sabar membagikan kabar suka cita itu.

***

Tibalah hari di mana keberangkatan Dear untuk pergi menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebelum pergi perasaan Dear masih diliputi rasa bersalah pada dirinya sendiri, Dear merasa seharusnya dia membantu orang tuanya di kampung halaman.

Boru, janganlah kau merasa tidak enak hati, sudah seharusnya Bapak sama Mamak menyekolahkan kalian setinggi-tingginya. Apalagi kau anak pertama supaya jadi teladan untuk adek-adekmu. Semua sekolahmu nanti Bapak yang urus, uang itu bisa dicari,” kata Bapak.

”Dengan kau kuliah saja Mamak udah bangga sama mu Dear, senang kali Mamak seolah tambah umur Mamak,” sahut ibu Dear.

Mendengar perkataan Bapak dan Ibunya, Dear akhirnya memantapkan hati. Rasa bersalah di hatinya digantikan dengan semangat berjuang di tanah rantau, menempuh pendidikan dan menjadi anak yang berguna kelak. Walaupun bapak dan ibu Dear merupakan keluarga yang cukup sederhana di kampung itu, tetap saja pendidikan anak nomor satu. Karena ada filosofi orang Batak yang mengatakan anakkon hi do hamoraon di au yang berarti anak adalah kekayaan dan harta orang tua yang paling berharga, maka segala hal akan diupayakan demi membuat anaknya lebih berpendidikan dan lebih maju. Seperti filosofi rumah adat batak yaitu bagian atap belakang rumah adat lebih tinggi daripada di depan yang menjelaskan bahwa orang tua berharap anaknya akan lebih tinggi kedudukannya daripada orang tua, baik dalam hal pendidikan, material dan sosial.

Dear dan Mina berangkat bersama hari itu, mereka melambaikan tangan pada keluarga mereka. Lambaian tangan yang sangat bermakna, mulai hari itu mereka akan bersaing dengan dengan waktu demi bisa kembali sesegera mungkin ke Pulau kelahiran mereka. Dua gadis desa dengan mimpi-mimpinya sedang mengepakkan sayap di udara dengan gagahnya. Mereka akan selalu semangat berjuang demi diri mereka sendiri, keluarga dan orang-orang yang mereka cintai. Harta tidak saja berbentuk materi tapi salah satunya.

TAMAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *