Posted in

Pisah karena Adat 

Nanda Julia Citra Waruwu

Sastra Indonesia B 2022
https://www.instagram.com/nndawrw

Lihat ke atas maka kita akan melihat langit yang sama. Mari bertemu saat lili bermekaran dan mengucapkan selamat tinggal saat mereka layu.

Pecahan suara gelas memenuhi seisi ruangan kamar Alexa. 

“Maksud kamu apa, Lexa?” tanya mama dengan nada tinggi.

“Ma, dari awal aku tuh gak tau kalau dia ada hubungan kerabat sama kita” keluh Lexa.

Melihat wajah jujur Alexa, mama pun berusaha meredakan emosi. Disaat suasana sudah tenang dan hening, terdengar suara lembut mama “Nak, bukannya mama ingin melarang kamu. Kamu dah dewasa jadi tau mana yang baik dan mana yang enggak baik. Karena mama percaya sama kamu, makanya selama ini mama pikir untuk gak ikut campur dengan masalah tertentu kamu terutama masalah seperti ini. Namun sepertinya mama salah dengan pemikiran seperti itu. Mama sama sekali gak menyalahkan kamu justru mama yang minta maaf karena kelalaian mama sebagai orang tua kamu” jelas mama dengan terus terang.

Mendengar perkataan mama, Alexa mengerutkan kening karena merasa sedikit kesal. Alexa merasa bahwa mamanya tidak perlu meminta maaf hanya karena masalah ini. Memang sih bukan masalah besar, tetapi masalah ini sangat penting terutama menyangkut pendamping hidup di masa depan.

Ya benar, topik percintaan menjadi alasan mama marah pada Alexa. Sudah setahun berlalu sejak Alexa dan Petrus menjalin hubungan. Sayangnya Alexa harus menelan pil pahit, mau tak mau ia harus memutuskan hubungan tersebut. Orang tua Alexa tidak merestui hubungan mereka setelah mengetahui seluk beluk keluarga Petrus. Terungkap bahwa Petrus dan Alexa berasal dari suku dan marga yang sama, Nias dengan marga Giawa. 

“Apaan sih maa, gak perlu minta maaf kali. Lagipula aku gak masalah kok kalau emang kami harus udahan. Disini gadak yang salah, hanya aja aku sama mama tuh kurang saling berkomunikasi. Udah ah mahh gausah merasa bersalah gitu, toh masih bisa dicegah” ucap Lexa yang terdengar santai namun terasa sesak didada.

Mama tau bahwa perkataan yang Alexa ucapkan tidak selaras dengan isi hatinya. Dari sosot matanya, mama paham betul apa yang dirasakan anak kesayangannya saat ini. Namun sebagai orang tua, mama tidak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut. 

Perlahan mama mendekati Alexa. Kemudian duduk dipinggir ranjang tempat tidur, bersebelahan dengan Alexa. Dengan gerakan lembut, mama meletakkan tangannya diatas kepala Alexa. Perempuan paruh baya tersebut mengelus bagian atas kepala anaknya. Posisi mama dan Alexa pun saling berhadap-hadapan.

“Sayang, anak mama yang paling cantik. Mungkin kamu belum tahu tentang seluk beluk adat suku kita apalagi soal pernikahan. Biar mama kasi tahu dan kamu simak dengan baik-baik ya” ujar mama yang diiringi dengan tatapan teduhnya.

“Iyaa ma. Sebenarnya aku pun penasaran sama suku kita terus sekalian nambah wawasan juga sih” jawab Lexa yang penasaran dengan cerita mama.

Menyesuaikan posisi duduk, mama pun berhenti mengelus kepala Alexa. Selang beberapa detik, mama mulai menjelaskan “Sejak dulu, nenek moyang melarang kita untuk menikah satu marga khususnya marga Giawa. Yang mama tau dari cerita nenekmu, peraturan ini bermula dari sepasang kekasih di sebuah desa di Nias yang menikah namun mereka satu marga. Karena pernikahan mereka yang dianggap melanggar hukum adat, salah satu tetua adat marga Giawa yang memiliki posisi tertinggi ngumpulin seluruh para tetua lain untuk membuat kesepakatan bahwasanya sesama marga Giawa tidak diperbolehkan menikah. Para tetua ini juga harus memberitahu kepada anak, cucu, bahkan cicit mereka secara turun temurun bahwasanya peraturan seperti itu sudah dianggap sah dan tidak boleh ada yang melanggar. Aturan itu khusus dibuat untuk sesama marga Giawa, namun untuk marga lain mama kurang tau, apakah aturan ini juga berlaku atau tidak”.

Mendengar penjelasan mama, Alexa terlihat berusaha untuk menerima secara logika “Lalu ma, apa konsekuensinya kalau melanggar perintah itu?” tanya Lexa dengan penasaran.

“Cukup besar konsekuensi yang diterima pasangan itu. Pastinya mereka diusir dari kampung karena sudah merusak adat, sewaktu itu mereka tidak diterima di kampung mana pun di Nias. Kalau hukuman yang dari tetua adat marga Giawa mama rasa akan seperti pasangan tersebut. Dan kamu tau mengapa orang-orang dahulu menuruti aturan itu, karena ada desas desus salah satu orang marga Giawa itu disebut emali sangai hõgo niha yang artinya maling kepala orang. Kata orang-orang dulu, maling ini berkeliaran mengambil kepala orang tanpa pandang bulu. Desas desus itu bukan semata kebohongan tapi memang benar keberadaan emali ini cukup meresahkan warga. Tapi bagi para tetua keberadaan maling tersebut merupakan hal baik karena mampu menjadi ancaman bagi masyarakat marga Giawa yang ingin melanggar aturan adat yang sudah berlaku. Makanya sampai saat ini tidak pernah terdengar pernikahan sesama marga Giawa, nak” kata mama dengan sabar. Mama merasa bersalah kepada Alexa karena tidak mencegah dari awal.

“Jadi ma, inikan udah zaman modern apa itu masih berlaku, gimana dengan aku dan Petrus?” tanya Lexa dengan nada prihatin.

“Meskipun zaman sekarang tidak seberat dan seketat zaman dulu, namun yang namanya adat ya tetap bertahan sampai kapanpun, nak. Mama hanya takut jika kamu dan Petrus melanggar adat, konsekuensi yang kalian terima itu akan berat. Mungkin tidak seberat dahulu yang sampai diusir, tapi tetap saja nak kamu akan menerima konsekuensi itu. Aturan dibuat untuk dituruti nak. Aturan itu sudah berlangsung secara turun temurun yang pastinya harus kita patuhi sebagai marga Giawa. Hukuman itu bukan hanya kamu saja yang terima, keluarga besar dan keturunan kamu juga akan kena dampaknya nak. Mama harap kamu paham” ucap mama dengan nada sedih.

Lexa yang mendengar hal itu merasakan pedih yang mendalam. Memang kebenaran itu menyakitkan, namun bagaimana lagi mau tak mau Lexa harus melepaskan Petrus. “Lexa paham ma. Tapi terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini” ucap Lexa dengan nada lirih.

Mendengar perkataan anak semata wayangnya, mama merasa sedih. Ia sebenarnya tidak tega dan tidak berniat untuk menunda kebahagiaan anaknya. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Hidup ditengah-tengah keluarga yang berdampingan erat dengan adat, mengharuskan mama untuk bersikap seperti itu.

Dengan gerakan halus, mama memeluk Alexa dan berkata “Sayang, jangan terlalu bersedih oke. Mama harap kamu mengerti bahwa mama sama sekali gak berniat menyakiti kamu, kamu sudah tahu alasan mama bersikap seperti tadi. Kamu juga tahu betul kalau papa tuh orangnya benar-benar patuh sama adat kita. Mama gak ingin papa kamu tahu masalah ini. Mama takut papa kamu marah dan langsung bertindak gegabah ke Petrus” imbuh mama sembari melepas pelukan. 

Sejujurnya, dari awal Alexa merasa sedikit kesal karena sikap mama. Alexa merasa bahwa mamanya terlalu kuno di masa sekarang ini. Ia juga berpikir bahwa di zaman sekarang, adat tidak penting lagi. Namun Alexa salah, pengaruh perkembangan zaman tidaklah mengubah secara drastis aturan adat yang telah hadir sejak zaman nenek moyang. Adat istiadat bersifat turun-temurun dan itu harus dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat seperti Alexa yang bersuku Nias.

Alexa akhirnya paham dan memaklumi sikap mama tadi. Justru Alexa merasa terharu karena mama bersedia membantu dirinya dan memberikan arahan yang baik dalam kasus percintaannya, setidaknya kepeduliaan mama tidak terlambat.

“Ma, sekarang Lexa udah paham maksud mama. Lexa juga mau bilang makasih sama mama. Lexa juga bersyukur karena mama datang diwaktu yang tepat. Doain Lexa ya ma biar bisa cepat melepaskan dan melupakan Petrus. Mama tahu sendirikan Lexa orangnya gimana kalau udah cinta sama orang” ungkap Lexa yang diakhiri dengan kekehannya. Merasa bahwa suasana hati Alexa sedikit membaik, mama pun merasa lega. 

 “Iya sayang, tentu mama selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Mama hanya ingin melihat senyuman manis selalu terukir diwajah cantik anak mama. Dan mama hanya ingin kehidupan kamu selalu bahagia karena diberkati oleh Tuhan” kata mama dengan tulus.

Dari perkataan mama, Lexa hampir meneteskan air mata. Ia sangat berterimakasih kepada Tuhan karena telah mengirimkan sosok ibu seperti mamanya. Karena terharu Lexa hanya bisa berkata dengan mata berkaca-kaca “Makasih banyak ma, Lexa sayang sama mama”.

Mama tersenyum manis dan berkata “Mama juga sayang sama Lexa”. 

Setelah itu, mama mengalihkan pandangannya dari wajah Alexa ke arah jam dinding “Oke sayang, udah waktunya kamu tidur. Besok kamu harus pergi kesekolah. Ingat jangan lupa berdoa ya. Untuk pecahan gelas ini, biar mama minta tolong sama bibi buat bersihkan nya”.

Senyuman manis nan indah terukir diwajah cantik Lexa. Ia mengangguk lalu berkata “Iya ma, selamat malam ma. Mimpi yang indah buat mama” Alexa mulai membungkus dirinya dengan selimut dan bersiap untuk tidur.

“Selamat malam dan mimpi indah juga buat kamu sayang” kata mama sambil mencium kening Alexa. Dengan langkah perlahan mama membuka pintu kamar Alexa lalu keluar dan menutup kembali pintu kamar Alexa.

Dua hari telah berlalu begitu cepat. Alexa meminta Petrus untuk berjumpa disalah satu gereja terbesar Kota Medan yaitu Graha Bunda Maria Annai Velangkanni. Alexa sengaja mengajak Petrus beribadah terlebih dahulu. Sebelum memberitahu kebenarannya, Alexa hanya ingin mereka berdua memiliki kedamaian hati. Ia hanya ingin Petrus menerima kenyataan dengan lapang dada dan mengerti situasi yang terjadi diantara mereka. Ia hanya ingin perpisahan diantara mereka berakhir dengan damai meskipun sulit untuk diterima.

Seusai ibadah selesai, pasangan yang bermimpi memiliki pernikahan indah dan keluarga kecil yang manis harus menerima kenyataan yang pahit. Petrus yang mengetahui kebenaran tersebut tidak bisa berkata-kata. Ingin memperjuangkan namun apa daya, restu orang tualah yang lebih berpengaruh.

Detik-detik sebelum perpisahan yang sesungguhnya, Petrus memeluk Alexa. Dengan posisi seperti itu, tidak ada yang berbicara. Pemahaman isi hati membuat mereka berbicara dari hati ke hati. Saat ini, kedua hati yang terluka sedang menggumamkan doa kepada Tuhan berharap mendapatkan jalan kehidupan yang baik bagi mereka berdua.

TAMAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *