Posted in

Cinta yang Mengikat Marga yang Memisahkan

Teresia Panjaitan

Sastra Indonesia C 2022

Di sebuah desa  yang berada di Tapanuli desa  dikelilingi sawah hijau dan kebun nenas kota itu bernama Sipahutar. Tampak seorang pemuda bernama Rizky Simanullang. Sedari kecil memiliki impian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk universitas dengan matang. Berkat usaha dan doa akhirnya dirinya diterima di salah satu kampus yang berada di kota Medan.

Di pagi hari dengan semangat, Rizky berpamitan dengan orangtua nya  “ Aku akan kembali dengan gelar dan menjadi kebanggaan dengan penuh keyakinan” ucapnya sambil memeluk orangtua nya

 “ ibu dan ayah percaya pada mu nak, ibu dan ayah akan selalu mendoakan kesuksesan mu, Jangan lupa pulang nak.” (ucap ibunya dengan tangis dan senyum yang terpancar di wajah nya)

Di lantai dua di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, suasana hening,hanya suara lembaran buku yang dibalik,dan langkah mahasiswa yang lalu lalang. Ia duduk sendiri dengan buku dan kopi di meja. Namun bukan cuma itu yg menarik perhatian nya namun seorang gadis yang duduk di pojok ruangan,dekat jendela rambutnya sebahu  dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah nya. Ia sering memperhatikan nya. Cantik gumamnya bukan karena di tak berani mendekat, tapi karena ia belum atau cara memulai.

Pertemuan  di tengah hujan~

Hujan turun di atas kampus langit sore itu  gelap seolah menyimpan rahasia yang enggan dibuka. Gedung,atap,dan jalan yang basah di guyur oleh hujan terlihat seorang wanita berlari ke halte bus, sambil menutupi kepala dengan map kuliah nya. Dengan rambut basah dan pipi yang merah karena udara dingin menembus kulitnya. 

Mau jalan bareng sampai gerbang? Tawar nya  sambil menyodorkan payung nya Ke atas kepala Reyna

Reyna menoleh. terlihat seorang pria berdiri wajahnya teduh, tidak asing. Beberapa kali mereka bertemu di fakultas, mungkin beda jurusan tapi satu angkatan. 

Reyna tersenyum kaku. “Kamu yakin tidak repot?”

“Gak sama sekali kok, ohh  iya Rizky, Rizky Simanullang, anak jurusan seni musik” ucapnya ramah, lalu menyodorkan tangannya.

“Ohh Aku Reyna panjaitan, anak jurusan Sastra Indonesia” ucap nya sambil menyambut uluran tangan Rizky”

Mereka berjalan berdekatan dengan langkah menyatu di bawah payung yang hanya cukup untuk dua orang. Hujan yang menyesakkan, kini terasa hangat, seolah memberikan ruang bagi mereka yang ingin saling mengenal.

Cinta dan penolakan  di antara dua marga 

Sejak hari itu mereka semakin akrab belajar bersama di perpustakaan dan beberapa kali pulang bersama. Mereka Saling  berbagi cerita kampung halaman mereka, Rizky yang berasal dari Sipahutar, sementara Reyna berasal dari Balige. Semua terasa sederhana namun bermakna.  

Suatu sore mereka duduk berdua di tepi danau 

Kalau Danau Toba itu katanya bekas kawah gunung berapi, kenapa air nya bisa tenang ya?

“mungkin karena di bawah nya sudah cukup lama menyimpan panas” jawab Rizky sambil tersenyum. Seperti hati seseorang yang lama menyimpan rasa.

Aku menyukai mu Rey, sedari lama aku selalu memperhatikan mu”  tambah Rizky

Pipi Reyna mendengar penuturan Rizky, semenjak itu mereka memulai hubungan 

Hari demi-demi hari mereka pun sering bertemu kadang bertukar kabar lewat ponsel. Berapa minggu kemudian, Rizky memutuskan mengajak Reyna ke Sipahutar untuk menemui orangtua nya. Ingin berbicara tentang perasaan nya dengan penuh keberanian.

Horas Among Inong”(Sapaan bahasa Batak) 

“Horas Amang,” balas ibunya sambil memeluk dan mencium kening anaknya

“Siapa gadis yang bersama mu ini nak?” ucap ayahnya

“Kenalkan saya Reyna Panjaitan dari Amang”

“Panjaitan? Rey, bagaimana kamu bisa menjalin hubungan  dengan boru Panjaitan? Panjaitan dengan Simanullang itu satu marga. Kalian tidak boleh menikah!” Suara ayah nya menggema di ruang tamu, ibunya yang sedang membuat teh juga terkaget saat mendengar boru dari Reyna.

 ”Maaf Amang, kami tahu aturan,kami juga tau adat bukan kitab suci. Masih bisa dibicarakan apakah tidak ada kelonggaran bagi kami? (Ucap Reyna penuh harap)

“Dengar Rey, marga Panjaitan dengan Simanullang adalah satu. kalian memang tidak sepupu langsung, tapi dalam adat Batak Toba, tetap satu keturunan. Larangan bukan soal darah saja,tetapi soal pudun pantangan Menjaga kesucian garis keturunan”

Tapi ayah,  Reyna perempuan baik dan aku sangat mencintainya, kami sudah berjanji akan menikah”

“Ayah sudah bilang tidak boleh!  Jika kalian bersikeras, kalian bukan hanya  melanggar adat, tetapi juga membuat malu keluarga!” (ucap ayahnya tegas) 

Reyna terdiam menatap ke arah Rizky.  dengan titik air mata yang ia bendung, seolah ia terjebak dalam pusaran antara cinta dan darah, antara hati dan adat yang tak bisa di ubah.

Rizky, anakku. jolo hatopan adat. Adat do mangalehon martabe tu hagogoan mu” (Dahulukan lah adat. Adat yang memberikan martabat pada kehidupan mu)”ucap sang ibu

Jalan hidup yang berbeda

Hari demi Hari berlalu dengan pilihan yang masih saja mengganggu. Lantas bagaimana menghilangkan rasa ini ? Tembok tinggi itu kokoh, mustahil dilewati kini memaksanya untuk berhenti. Setelah kejadian itu Rizky kembali mengajak Reyna bertemu di danau Toba tempat yang sering mereka kunjungi itu.

Rizky”, panggil Reyna maaf seperti nya kita harus berpisah, untuk kebaikan kita

Reyna mengangguk, meski hatinya kecewa “ Aku akan tetap mencintaimu Rizky, tapi aku tidak  bisa memaksa diri untuk sesuatu yang tidak pernah di izinkan.

Menahan air mata “Aku juga, kita mungkin harus melanjutkan hidup kita masing-masing. Tapi kamu akan selalu ada di hatiku 

Setelah tiba waktu kelulusan mereka berhasil meraih gelar terbaik. Rizky pindah ke kota Jakarta, mengejar cita-cita di dunia musik. Rizky masih sering merindukan Reyna dan tempat indah itu Danau Toba. Ia juga sering menciptakan lagu dari kisah mereka.

Sementara Reyna sendiri pindah ke Korea Selatan dan kini menjadi seorang penulis terkenal,ia juga masih selalu teringat akan Rizky. Dan mengabadikan momen mereka di buku yang telah di tulisnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *