Di desa kecil, tangan terampil menari,
Menyulam benang dengan sabar tak terperi.
Adakah ini sekadar kebiasaan turun-temurun,
Ataukah cinta yang diam-diam tumbuh dan bersenandung?
Habonaran ni roha, keindahan yang terpancar,
Dalam setiap jahitan, setiap simpul yang terjalin.
Warna-warna berpadu laksana pelangi usai hujan,
Menyatu dalam pola yang sarat makna dan harapan.
Setiap helai, setiap simpul, bercerita diam-diam,
Tentang hidup, tentang pilihan, tentang keberadaan.
Ulos kain penuh jiwa,
Ulos do na manghiasi parboruan, menghiasi hidup perempuan,
Tak sekadar pelindung, tapi bahasa budaya.
Parsaulian ni hita, kehidupan kita yang sarat makna.
Ulos bukan hanya kain, ia adalah napas Batak,
Simbol kehidupan, tanda ni holong ni roha.
Sian leluhur, ia diturunkan bagai doa,
Menjadi pelindung dalam suka, dan penenang dalam guncang.
Ia do na mamunjung hita, melindungi kita semua,
Dengan kekuatan dan kehangatan yang tak pernah hilang.
Tondi ni Ulos, roh yang menghidupkan,
Mengalirkan kekuatan dan kebijaksanaan leluhur.