Buku digital ini merupakan hasil tugas akhir dari mata kuliah AI Bahasa dan Sastra yang disusun oleh mahasiswa. Buku ini hadir sebagai bentuk refleksi atas pertemuan antara dua dunia yang tampaknya bertolak belakang: dunia manusia yang penuh dengan rasa, emosi, dan intuisi, serta dunia mesin yang diwarnai oleh logika, struktur, dan algoritma. Melalui antologi puisi ini, para penyusun mengajak pembaca untuk melihat bagaimana kecerdasan buatan (AI), yang dalam buku ini diwakili oleh metafora “Ratu AI”, dapat menciptakan puisi yang mendekati gaya dan kedalaman rasa manusia.
Puisi-puisi dalam buku ini dibagi menjadi dua kelompok besar: puisi yang dibuat oleh AI dan puisi yang ditulis oleh manusia. Keduanya mengangkat tiga tema utama, yaitu Indonesia 2045, Ibu, dan Kartini. Tema-tema ini dipilih karena memiliki makna yang mendalam dan relevansi kuat terhadap nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, dan perjuangan perempuan. Dalam eksplorasinya, setiap tema ditulis dalam lima gaya puisi berbeda, yaitu romantis, naturalis, modern, klasik, dan eksperimental. Dengan pendekatan ini, pembaca bisa melihat bagaimana mesin dan manusia menyampaikan isi hati dan gagasan dalam bentuk yang estetik dan kreatif.
Buku ini juga menampilkan bagian khusus yang membandingkan puisi buatan manusia dan AI berdasarkan unsur-unsur stilistika seperti diksi, majas, citraan, dan nada. Dari perbandingan tersebut, terlihat bahwa puisi AI cenderung memiliki bahasa yang lebih formal dan kaya metafora besar serta simbolisme futuristik, sementara puisi manusia lebih membumi, sederhana, dan terasa hangat dalam ekspresi rasa. AI mampu menciptakan puisi dengan citraan megah dan abstrak, tetapi puisi manusia lebih menyentuh karena dekat dengan kehidupan nyata dan emosi personal.
Lebih jauh lagi, buku ini juga menjadi ajang eksperimen untuk menilai sejauh mana teknologi dapat berperan dalam bidang seni sastra. “Ratu AI” yang diperkenalkan dalam buku ini bukanlah tokoh nyata, melainkan perwakilan dari kemampuan AI dalam menghasilkan teks dengan bantuan teknologi pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing). Hal ini membuka ruang diskusi mengenai apakah AI hanya bisa meniru atau bisa benar-benar mencipta dalam arti yang estetis dan orisinal.
Akhirnya, buku ini tidak hanya menjadi kumpulan puisi semata, tetapi juga sebuah media edukatif dan reflektif. Dengan memanfaatkan format flipbook digital, buku ini dirancang agar mudah diakses oleh pembaca masa kini, terutama generasi muda yang akrab dengan media interaktif. Melalui karya ini, penyusun berharap pembaca dapat melihat potensi, keterbatasan, dan tantangan baru dalam dunia sastra yang kini mulai bersinggungan erat dengan teknologi kecerdasan buatan. Buku ini menjadi bukti bahwa rasa dan logika, manusia dan mesin, dapat bertemu dalam satu ruang kreatif bernama puisi.