Posted in

Teman Tak Terganti

Tiara Winkasari

Sastra Indonesia B 2022

Di daerah Terjun, Marelan, terdengar suara langkah kaki yang terhentak-hentak dengan riang gembira di hari Rabu yang cerah. Tap… tap… tap… begitulah bunyinya! Rupa-rupanya…suara itu berasal dari Bayu, anak laki-laki bertubuh gempal, yang baru saja pulang dari sekolahnya. “Aku seorang kapiten, mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok-prok, aku seorang kapiten!” nyanyi Bayu dengan diiringi gerakan pipi tembamnya. Betapa lucunya!

Tapi, tiba-tiba langkah Bayu terhenti. Bayu mengarahkan pandangannya, dan menemukan temannya, Ibnu, yang sedang duduk sendirian di ayunan yang ada di taman. Ibnu juga masih mengenakan seragam sekolahnya. Melihat hal itu, Bayu menghampiri Ibnu sambil berlari, “Ibnu, Ibnu, Ibnu!” Ibnu pun menoleh, Bayu melanjutkan ucapannya dengan semangat, “Nanti sore, di lapangan, kita main guli, yuk! Aku baru dibelikan guli yang banyak sama abahku.” Ibnu menjawab ajakan Bayu, “Oke, Bay. Nanti sore aku ke sana.” Setelah mendengar jawaban Ibnu, Bayu tidak langsung bergegas pulang ke rumahnya. Bayu masih berdiri di depan Ibnu, karena saat ini, Bayu sedang penasaran! Mengapa lengan kanan Ibnu berada di belakang punggungnya? Hmm… kalau Bayu lihat-lihat, Ibnu sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dari Bayu. Tapi, apa ya?

Bayu yang penasaran pun mencoba mengintip kecil, ternyata… digenggaman tangan Ibnu ada es krim kacang hijau. Ya, Ibnu sedang makan es krim saat ini! Wajah Bayu langsung berseri-seri. Bayu berpikir bahwa ia bisa meminta sedikit rasa es krim kacang hijaunya Ibnu. Oleh karena itu, Bayu langsung berkata kepada Ibnu, “Kamu lagi makan es krim ya, Nu? Wih, enak tuh! Bagi dong, hehe…” Mendengar permintaan Bayu itu membuat Ibnu terkejut, dan langsung cepat-cepat berkata, “Nggak bisa!” “Kenapa nggak bisa? Aku cuman minta diiikkiiitt aja. Boleh ya, Nu?” Bayu terus membujuk Ibnu. Tapi, Ibnu kelihatannya tidak memiliki niatan untuk berbagi es krim kacang hijau itu kepada Bayu, makanya ia hanya menggelengkan kepala ketika mendengar bujukan Bayu. “Ayolah, Nu. Ibnu! Ibnu! Ibnuuu…!” Kali ini, Bayu membujuk sambil menarik-narik lengan kiri Ibnu.

Ibnu yang diperlakukan begitu oleh Bayu menjadi kesal! Anak laki-laki berambut sedikit ikal itu berdiri dan menatap Bayu dengan marah, “Kamu kok maksa sih, Bay!? Aku ‘kan udah bilang ‘nggak’!” Bayu yang melihat bujukannya ditolak, dan Ibnu yang malah marah-marah kepadanya membuat Bayu menjadi ikutan kesal juga! Bayu membalas ucapan Ibnu dengan menggunakan nada marahnya, “Pelit banget, sih! Aku ‘kan cuman mau minta dikit doang. Kayak gitu aja nggak dikasih!” “Es krim ini punyaku. Terserah aku mau kasih kamu atau nggak!” Ibnu pun melanjutkan perkataannya dengan nada suara yang masih kesal, “Aku ‘kan udah bilang sama kamu kalau aku bakalan ke lapangan nanti sore. Jadi, kenapa kamu masih di sini aja!? Yaudahlah, Bay, aku mau sendiri di sini!” Ketika Ibnu akan duduk kembali di ayunan, tiba-tiba… Buukkk! Bayu menyenggol keras badan Ibnu dengan sengaja, sehingga membuat Ibnu terjatuh, dan ya, es krimnya Ibnu juga ikut terjatuh.

Oh tidak, kedua anak kelas 3 SD itu akan bertengkar lagi! “Eh, es krimnya udah jatuh, tuh. Mungkin itu balasannya karena udah pelit!” ejek Bayu sambil memeletkan lidah kecilnya. Setelah memandangi es krimnya yang terjatuh, Ibnu berbalik badan menghadap Bayu. Tangannya terkepal, wajahnya memerah. Ya, Ibnu sangat sangat sangat marah saat ini. Lebih marah daripada sebelumnya! “Kamu sengaja ‘kan ngelakuinnya!? Kamu… aku nggak mau lagi temenan sama kamu, Bay!” Bayu sempat terkejut ketika melihat mata Ibnu yang berkaca-kaca, tapi rasa marah lebih menguasai Bayu. “Yaudah! Siapa juga yang mau temenan sama orang pelit kayak kamu, Nu!”

***

Di sabtu pagi, Bayu sedang menonton Kiko di televisi bersama Mira, kucing hitam putih kesayangannya. Begitu lagu pembuka kartun itu diputar, Bayu langsung bernyanyi, “Jangan pernah kau gentar, jangan pernah menyerah, sesuatu dapat terjadi, dalam kehidupan ini…” Oh, lihatlah! Mira juga ikutan bernyanyi dengan suara lucunya, “Miaw~ miaw~ miaw~” Bayu melanjutkan nyanyiannya, “Tak perlu ditakuti, tak perlu disesali, ayo kita hadapi, ayo kita hadapiii~!” Tiba-tiba… dari arah pintu depan terdengar suara seseorang mengucapkan “Assalamualaikum”. Bayu sangat mengenali suara itu. Ya, itu suara Atok Bahri! Bayu pun langsung berlari ke pintu depan.

“Atoookkk!” sapa Bayu sambil memamerkan satu gigi depannya yang ompong. Ia sangat senang setiap kali atoknya berkunjung ke rumah. Atok Bahri gemar menceritakan kisah-kisah rakyat Melayu Deli, seperti alkisah Putri Hijau, alkisah Putri Burung Kuau. Oh! Atok Bahri juga suka bercerita dongeng Sang Kancil, dongeng Si Cupak dan Si Gantang kepada Bayu. Selain bercerita, Atok Bahri banyak mengajarkan kepada cucu kecilnya itu tentang budaya-budaya Melayu.

“Bukan latah calak berlagak

Adat resam tetap disanjung

Di mana bumi dipijak

Di situ pula langit dijunjung.”

Jadi, Bayu… kite ni semestinye menjage adat, karena dari adat, kite tahu darimane asal kite!” Begitulah pesan yang selalu diucapkan oleh Atok Bahri kepada Bayu. Oh, ya! Sama satu lagi, Atok Bahri selalu menggunakan pantun untuk memberikan nasehat kepada cucu kecilnya itu. Bagi Bayu, sesi bercerita dan belajar dengan Atok Bahri merupakan hal yang paling menyenangkan, selain bermain guli.

Ketika Bayu sampai di pintu depan, ternyata sudah ada Mak yang menyambut Atok Bahri. Mak berkata dengan santun dan lembut kepada Atok Bahri, “Lia masak pajeri tadi. Abah nak makan? Biar Lia ambekkan ntuk Abah.” Mendengar ucapan Mak, wajah Atok Bahri terlihat gembira. Ya, Atok Bahri sangat menyukai sayur pajeri buatan Mak! “Sedapnye… tak ape lah, nanti Abah ambek sendiri aje. Abah masih nak duduk sama si Bayu ni.” “Kalau macam tu, Lia buatkan kopi hitam ntuk Abah, ye.” Atok Bahri pun mengangguk sambil tersenyum. Sebelum Mak berbalik badan, Bayu langsung berbicara kepada Mak, “Mak, Bayu nak pisang goreng, hehe…” Mak pun mencubit lembut pipi tembab anak laki-lakinya itu sambil berkata, “Sama pisang goreng ntuk anak Mak satu ni, ye.”

Setelah Mak pergi ke dapur, Atok Bahri berbicara kepada Bayu, “Ape kabar cucu Atok ni?” Bayu menjawab, “Bayu baek, Tok! Hehe…” Meskipun Bayu berkata seperti itu, Atok Bahri bisa melihat wajah cucu kecilnya yang tidak seceria biasanya. Melihat hal itu, Atok Bahri pun mulai berpantun:

“Jangan tutupi lumbung padi

Kalau basah jangan diayun

Jangan tutupi bingung diri

Sedang bersusah pura tersenyum.”

“Ade ape-ape yang berat di hati cucu Atok ni? Ce cerite sikit ke Atok. Atok ni ‘kan kawan baek Bayu,” kata Atok Bahri. “Hmm, macam ni, Tok… ceritenye tu…” Anak berpipi tembab itu pun menceritakan pertengkarannya dengan Ibnu. Setelah mendengarkan cerita Bayu, Atok Bahri kembali berpantun kepada Bayu:

“Terbang sekawan burung enggang

Hinggap di dahan pokok jatiH

idup saling tenggang menenggang

Silang sengketa jangan dicari.”

“Bayu… bile bekawan ni, kite mesti saling rase. Dalam bekawan pun pasti ade yang namenye masalah. Tapi jangan pulak masalah tu buat kite begadoh same kawan. Lebih bagos kite jage ikatan bekawan tu.” Mendengar ucapan Atok Bahri, Bayu kembali berkata dengan wajah sedihnya, “Bayu merase bersalah same Ibnu, Tok. Mestinye Bayu tak buat jahat same Ibnu waktu tu.” Atok Bahri pun berpantun lagi untuk menenangkan hati Bayu yang sedang sedih:

“Anak agam jual sutera

Jual di tengah-tengah pekan

Jangan digenggam bagai bara

Terasa hangat dilepaskan.”

“Kalau macam tu, Bayu mesti minte maaf same Ibnu. Ape-ape yang berat di hati Bayu sekarang ni, pasti jadi lege sehabes tu,” kata Atok Bahri sambil mengusap-usap lembut kepala cucu kecilnya itu. “Macam tu ye, Tok?” Atok Bahri pun menganggukan kepalanya. “Baek, Tok! Esok, Bayu nak minte maaf same Ibnu, hehe…” Bayu menerima nasehat dari atoknya dengan senyum lebarnya sampai-sampai terlihat gigi ompongnya lagi. Setelahnya, Mak datang membawakan kopi hitam dan pisang goreng. “Miaw~”, oh ternyata, Mira juga ikut bersama Mak! Kelihatannya Mira mau ikut berkumpul bersama Bayu, Atok Bahri, dan Mak. Gemasnya!

***

Keesokan harinya, Bayu berjalan menuju rumah Ibnu. Di genggamannya ada dua es krim kacang hijau. Tiba-tiba, di pertengahan jalan… “Bayu?” Oh, itu suara Ibnu! “Kamu mau ke mana, Bay?” tanya Ibnu. “Aku mau ke rumah kamu, Nu. Kamu mau ke mana?” Ibnu pun membalas pertanyaan Bayu, “Ke rumah kamu, Bay. Aku mau minta maaf. Aku udah nggak baik sama kamu. Aku sadar, es krim itu bisa aku beli lagi, tapi pertemanan yang hilang, susah buat dapatnya lagi. Jadi, maafin aku ya, Bay.”

“Aku juga minta maaf sama kamu ya, Nu. Perbuatanku waktu itu… aku salah. Rasanya bosen nggak main guli sama kamu, Nu. Ini, aku bawa dua es krim kacang ijo!” Ibnu yang melihat es krim kacang hijau itu pun berkata kepada Bayu, “Aku juga bawa dua es krim kacang ijo. Buat kita makan sama-sama, Bay.” Kedua anak laki-laki berusia 8 tahun itu sama-sama terkejut dengan yang mereka bawa, lalu mereka pun tertawa dengan lebar. Kita bisa melihat deretan gigi-gigi kecil ketika mereka tertawa! Akhirnya, dua anak laki-laki itu bisa bermain guli bersama-sama lagi. Betapa bahagianya!

TAMAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *